SUMBARTERKINI, Agam — Pemerintah Kabupaten Agam terus memperkuat langkah penanganan terhadap kasus dugaan keracunan makanan bergizi gratis (MBG) yang menimpa sejumlah warga di wilayah setempat. Hingga Jumat (3/10/2025) pukul 07.00 WIB, tercatat sebanyak 127 pasien telah mendapatkan perawatan medis di tiga fasilitas kesehatan utama, yakni Puskesmas Manggopoh, RSUD Lubukbasung, RSIA Rizki Bunda dan Puskesmas Lubuk Basung.
Mayoritas pasien merupakan anak-anak usia sekolah dasar yang berasal dari 21sekolah di Kecamatan Lubuk Basung dan sekitarnya. Pemerintah daerah memastikan seluruh korban telah mendapatkan penanganan medis secara maksimal melalui koordinasi lintas sektor antara Dinas Kesehatan, rumah sakit, dan perangkat daerah terkait.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Agam, Hendri Rusdian, menyampaikan bahwa seluruh tenaga medis telah dikerahkan untuk memastikan proses perawatan berjalan optimal. “Kami terus memantau kondisi pasien di setiap fasilitas kesehatan. Pemerintah berkomitmen memberikan penanganan terbaik agar seluruh korban segera pulih,” ujarnya.
Rincian Penanganan di Empat Fasilitas Kesehatan
1. Puskesmas Manggopoh
Fasilitas ini mencatat jumlah penanganan tertinggi, yaitu 68 pasien, terdiri atas 63 anak dan 5 orang dewasa. Dari jumlah tersebut, 7 pasien sempat dirujuk ke fasilitas kesehatan lain untuk mendapatkan perawatan lanjutan — 3 orang ke PKM Lubukbasung dan 4 orang ke RSUD Lubukbasung.
2. RSUD Lubukbasung
Rumah sakit daerah ini menangani 49 pasien, terdiri dari 41 anak dan 8 orang dewasa. Hingga pagi ini, 14 anak telah dipulangkan karena kondisinya membaik, sementara 20 anak masih menjalani perawatan intensif. Sebanyak 6 anak lainnya masih menunggu hasil observasi lanjutan.
3. RSIA Rizki Bunda
Sebanyak 7 pasien anak dirawat di RSIA Rizki Bunda. Tiga di antaranya masih menjalani rawat inap, satu anak telah dipulangkan, dan dua lainnya menjalani perawatan jalan. Tidak ada pasien dewasa yang dirawat di fasilitas ini.
4. Puskesmas Lubuk Basung
Sebanyak 3 pasien anak dirawat di Puskesmas Lubuk Basung. Tidak ada pasien dewasa yang di rawat di faskes ini.
Dinas Kesehatan Agam mengungkapkan sejumlah indikasi teknis yang diduga menjadi pemicu terjadinya kasus keracunan ini.
Indikasi pertama berkaitan dengan penggunaan air yang tidak steril saat pencucian bahan makanan. Pencucian dilakukan menggunakan air PDAM yang kondisinya keruh dan kekuningan karena hujan deras sehari sebelumnya. Air yang tidak memenuhi standar kebersihan ini diduga mengandung kontaminan yang berpotensi menimbulkan reaksi kesehatan pada konsumen.
Indikasi kedua ditemukan pada penggunaan bumbu giling siap pakai yang dikirim oleh pihak supplier pada 30 September 2025. Padahal sebelumnya, dapur MBG biasa menggunakan bahan mentah yang diolah langsung oleh mitra setempat. Perubahan sistem ini diduga menyebabkan kontaminasi silang karena tidak adanya jaminan higienitas pada bumbu siap pakai tersebut.
Indikasi ketiga muncul dari laporan pihak SDN 20 Batu Hampar, yang menemukan kesalahan dalam penempatan sayuran seperti selada dan tomat yang disimpan bersamaan. Kondisi lembap tersebut mempercepat proses pembusukan dan memungkinkan pertumbuhan jamur serta bakteri pada bahan makanan.
Selain itu, investigasi sementara juga menemukan kelemahan pada prosedur dapur produksi. Pihak yayasan penyelenggara tidak memiliki termometer untuk memeriksa suhu bahan makanan yang memerlukan pendinginan, serta alat ukur pH air untuk memastikan kualitas bahan olahan. Faktor-faktor ini menunjukkan belum diterapkannya standar operasional dapur yang sesuai dengan pedoman keamanan pangan.
Pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan terus melakukan pemantauan kondisi pasien setiap enam jam sekali, serta memastikan stok obat-obatan dan kebutuhan medis lainnya mencukupi. Selain itu, tim laboratorium kesehatan daerah juga sedang melakukan pengujian sampel makanan untuk memastikan penyebab pasti kejadian tersebut.
“Pemerintah Kabupaten Agam berkomitmen penuh terhadap keselamatan warga. Kami juga berkoordinasi dengan instansi vertikal untuk memastikan hasil investigasi dapat segera diketahui,” tutur Hendri.