Aditya Ramadhan, seniman muda berbakat asal Provinsi Sumatera Barat, kembali mencetak prestasi dengan meluncurkan instalasi seni inovatif bertajuk “Aliran Batang Tarandam” yang mengangkat keindahan dan makna filosofis sungai Batang Tarandam sebagai sumber kehidupan dan simbol kearifan lokal Minangkabau. Karya ini memadukan unsur alam, budaya, dan teknologi digital dalam sebuah instalasi interaktif yang belum pernah dihadirkan sebelumnya di ranah seni kontemporer Sumbar.
Aditya, yang lahir dan besar di Payakumbuh, mengaku terinspirasi saat melakukan perjalanan menyusuri aliran sungai Batang Tarandam yang membelah kota tersebut. Nama “Batang Tarandam” sendiri memiliki arti mendalam dalam bahasa Minangkabau, di mana “Batang” berarti sungai atau aliran air, dan “Tarandam” berarti tenggelam atau terendam, menggambarkan hubungan erat masyarakat dengan sungai sebagai sumber kehidupan sekaligus saksi sejarah dan budaya.

Instalasi seni ini terdiri dari rangkaian patung dan layar digital yang menampilkan visualisasi aliran air sungai, flora dan fauna khas sungai Batang Tarandam, serta cerita rakyat dan adat Minangkabau yang terkait dengan sungai tersebut. Dengan menggunakan teknologi augmented reality (AR), pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan instalasi, merasakan sensasi menyusuri sungai secara virtual, sekaligus belajar tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan budaya.
Menurut Aditya, sungai Batang Tarandam bukan hanya sumber air, tetapi juga simbol harmoni antara manusia dan alam yang harus dijaga kelestariannya. Melalui karya ini, ia ingin mengajak masyarakat Sumbar dan Indonesia untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan menghargai warisan budaya yang terkandung dalam setiap aliran sungai di Ranah Minang.
Peluncuran instalasi “Aliran Batang Tarandam” dilakukan secara eksklusif di Galeri Seni Taman Budaya Sumatera Barat, Padang, pada awal Juni 2025 dan mendapat sambutan hangat dari komunitas seni, akademisi, serta pemerhati lingkungan. Aditya berharap karya ini dapat menjadi pionir dalam menggabungkan seni tradisional dan teknologi modern, sekaligus membuka peluang kolaborasi seni lintas disiplin di tingkat nasional dan internasional.
Inovasi instalasi seni ini menjadi bukti nyata bagaimana budaya dan alam dapat bersinergi dalam karya seni kontemporer, sekaligus mengajak masyarakat untuk lebih mencintai dan melestarikan kekayaan alam serta budaya yang ada di Ranah Minang. Dengan karya ini, Aditya Ramadhan semakin mengukuhkan nama Sumatera Barat sebagai pusat kreativitas seni yang inovatif dan berwawasan lingkungan.