SUMBARTERKINI, Bukittinggi — Ribuan warga Bukittinggi yang terdiri dari mahasiswa, komunitas ojek online, serta berbagai elemen masyarakat turun ke jalan menggelar aksi damai dari Tugu Polwan menuju Mapolresta Bukittinggi pada Sabtu (30/8). Aksi ini lahir dari keprihatinan atas kasus kematian Affan Kurniawan yang viral dan menimbulkan desakan agar proses hukum berjalan transparan serta adil.

Aksi dipimpin oleh M. Fatih Ahtady selaku koordinator bersama Armen, Ketua Aliansi Panglima Jalur Bukittinggi. Peserta aksi berasal dari komunitas ojol, mahasiswa dari sejumlah kampus di Bukittinggi, organisasi mahasiswa seperti GMNI, HMI, IMM, hingga pelajar SMKN 1 Bukittinggi.

Dalam orasinya, Presiden Mahasiswa UIN SMDD Bukittinggi Ghazi Falih menegaskan perlunya reformasi di tubuh Polri dan TNI serta mendesak pencopotan Kapolri.
“Citra kepolisian sudah sangat buruk. Kami berharap aspirasi ini disampaikan langsung ke pusat,” ujarnya.

Presiden Mahasiswa Universitas Fort De Kock Agil Pratama menyebut DPR sebagai aktor utama yang mengadu domba masyarakat dengan aparat. Sementara Ketua HMI Cabang Bukittinggi Ahmad Zaki menyoroti hilangnya rasa kemanusiaan elite politik dan mendesak penindakan kasus penimbunan solar serta tambang ilegal di wilayah Bukittinggi dan Agam.
Koordinator aksi, M. Fatih Ahtady, membacakan tuntutan massa, antara lain penghentian tindakan represif aparat, evaluasi standar pengamanan aksi, transparansi pelayanan publik, serta penghentian praktik tilang ilegal. Mereka juga menuntut pengusutan tuntas kasus kematian Affan bersama Komnas HAM dan pemberhentian tidak hormat bagi aparat yang terlibat.
Menanggapi tuntutan tersebut, Kapolresta Bukittinggi Kombes Pol Ruly Indra Wijayanto menyampaikan permohonan maaf.
“Atas nama Polresta, kami menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya almarhum Affan. Kami juga memohon maaf jika ada tindakan berlebihan dalam pengamanan,” katanya.
Ruly menambahkan, saat ini proses hukum sedang berjalan dan tujuh tersangka telah ditetapkan serta akan diproses melalui disiplin dan kode etik kepolisian. Aksi ditutup dengan penandatanganan tuntutan bersama sebagai bentuk komitmen tindak lanjut.
Fatih menegaskan, aksi hari ini hanyalah awal. Senin (1/9) mendatang, ribuan massa akan kembali turun ke jalan dalam aksi solidaritas jilid dua di depan DPRD Bukittinggi. Mereka menegaskan tidak akan berhenti bersuara hingga tuntutan keadilan benar-benar dikabulkan.